A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: strpos(): Non-string needles will be interpreted as strings in the future. Use an explicit chr() call to preserve the current behavior

Filename: MX/Router.php

Line Number: 239

Backtrace:

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/application/third_party/MX/Router.php
Line: 239
Function: strpos

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/application/third_party/MX/Router.php
Line: 72
Function: set_class

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/index.php
Line: 316
Function: require_once

Semoga Sadar | Harian Momentum

Semoga Sadar

942 Views
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM-- Sikap boros menjadi salah satu penyebab kacaunya finansial (keuangan). Maka tak jarang, ’’besar pasak dari tiang’’ kerap terjadi dalam kehidupan. 

Nafsu belanja yang besar terkadang tidak dibarengi dengan pemasukan setimpal. Gaya hidup membuat lupa daratan. Akibatnya, hutang menumpuk. 

Pola hidup itu tidak hanya berlaku dalam individual. Tapi kini sudah merangsek terhadap institusi pemerintahan.

Di Lampung contohnya. Ada sebuah daerah yang sangat boros dalam belanja. Komposisi keuangannya sudah jomplang. Tidak lagi seimbang.

Nilai belanja selalu lebih besar dari pendapatan. Mirisnya, kejadian itu terus berulang. Hingga akhirnya, nilai hutang mencapai seperempat dari total APBD-nya. 

Wajar jika kemudian kepala daerahnya sempat berniat menjual sejumlah aset. Di akhir masa jabatannya, wacana melelang kekayaan daerah itu sempat mencuat ke media.

Entah bagaimana sekarang kelanjutannya. Apakah rencana pelelangan sudah terealisasi atau belum. 

Yang jelas, jika sikap boros itu terus berlangsung, bukan tidak mungkin kantor kepala daerahnya juga bakal tergadai. Tentu bukan itu yang kita inginkan.

Solusinya, keuangan pemerintah daerah (pemda) tersebut harus segera dievaluasi, dibenahi dan dirasionalisasi. Karena efek dominonya bukan hanya berlaku bagi pegawai di jajaran pemda itu, melainkan seluruh lapisan masyarakat.

Keinginan besar untuk membangun daerah sah- sah saja. Tetapi harus rasional dalam mengalokasikan anggaran.

Jangan sampai pendapatan seratus tapi belanjanya seribu. Itu namanya tak tau diri. Sebuah pepatah lama mengatakan: hemat pangkal kaya, boros pangkal miskin.

Semoga kepala daerah saat ini sadar. Tidak lagi mengikuti jejak pendahulunya. Boros dalam belanja. Tabikpun. (**)