A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: strpos(): Non-string needles will be interpreted as strings in the future. Use an explicit chr() call to preserve the current behavior

Filename: MX/Router.php

Line Number: 239

Backtrace:

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/application/third_party/MX/Router.php
Line: 239
Function: strpos

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/application/third_party/MX/Router.php
Line: 72
Function: set_class

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/index.php
Line: 316
Function: require_once

Warga Beringinjaya Keluhkan Tumpukan Sampah | Harian Momentum

Warga Beringinjaya Keluhkan Tumpukan Sampah

460 Views
Kondisi tumpukan sampah yang berserakan di Perumahan Beringinjaya Kemiling.

MOMENTUM, Bandarlampung--Warga Perumahan Beringinjaya Kecamatan Kemiling Kota Bandarlampung mengeluhkan tumpukan sampah yang tidak dibersihkan.

Menurut Asdizal, salah satu warga, sampah yang menumpuk di depan rumah warga sudah lima hari tidak diambil petugas kebersihan.

"Sudah lima hari ini tidak ada petugas yang membersihkan. Akibatnya menimbulkan aroma yang tidak sedap," kata Asdizal, Minggu (16-2-2020).

Selain itu, dia mengkhawatirkan tumpukan sampah tersebut dapat menimbulkan penyakit, karena banyak lalat yang beterbangan.

"Tempat penampungan sementara di perumahan itu sudah penuh. Makanya ada yang diletakkan di depan rumah, jadi kesannya jorok," jelasnya.

Sementara, Ketua RT 05 Lingkungan II Syafik Eka mengatakan tumpukan sampah tersebut sering terjadi. 

Menurut dia, petugas kebersihan memang biasa membiarkan sampah menumpuk terlebih dahulu, agar lebih mudah mengangkutnya.

"Memang biasanya menumpuk hingga lima hari. Kalau diangkut, petugasnya harus ditelepon dulu. Baru diangkut," kata Syafik.

Dia berharap petugas rutin mengangkut sampah di daerah tersebut, supaya tidak terjadi penumpukan. "Karena kalau sampahnya menumpuk dapat menimbulkan penyakit," harapnya.

Senada, Ketua RT 03 LK II Hasan Basri menjelaskan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga berbagai macam. "Yang jelas menimbulkan bau, karena sampah rumah tangga ini kan ada bekas ikan dll. Jadi kurang nyaman," keluh Hasan.

Terkait iuran, dia menjelaskan, setiap warga diminta membayar Rp15 ribu per bulan. "Kami belum berani menaikkan iuran menjadi Rp20 ribu per bulan sesuai harapan lurah setempat. Karena kondisi pengangkutan sampah belum rutin," ujarnya.

Dia berharap, agar sistem pengangkutan sampah menjadi rutin dan terjadwal, agar tidak ada lagi penumpukan sampah di permukiman warga.

Laporan: Vino Wijaya

Editor: Agung DW