A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: strpos(): Non-string needles will be interpreted as strings in the future. Use an explicit chr() call to preserve the current behavior

Filename: MX/Router.php

Line Number: 239

Backtrace:

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/application/third_party/MX/Router.php
Line: 239
Function: strpos

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/application/third_party/MX/Router.php
Line: 72
Function: set_class

File: /home/u199773734/domains/harianmomentum.com/public_html/app/index.php
Line: 316
Function: require_once

Papua Bagian Sah Indonesia | Harian Momentum

Papua Bagian Sah Indonesia

1363 Views
ilustrasi.

MOMENTUM, Bandarlampung--Sejumlah pihak menegaskan tidak perlu lagi ada tuntutan referendum bagi Papua. Papua adalah bagian sah dari NKRI.

Indonesia adalah negara muktikultur yang terkenal akan keberagamannya. Tak hanya dari sisi agama yang, namun juga seni, budaya serta adat yang menyertainya. Indonesia terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil. Yang terbentang dari sabang (ujung Sumatera) sampai Merauke (Papua).

Papua bagian dari Indonesia telah diketahui sejak dahulu. Sejarah panjang perebutannya-pun menjadi saksi bisu bahwa Papua adalah NKRI. Pembebasan Irian Barat (Sebutan Papua kala itu) oleh para pahlawan menjadi tolok ukur betapa NKRI menghargai bumi Cendrawasih sebagai bagian darinya. 

Sekilas sejarah Operasi Pembebasan Irian Barat, yang dulunya dikenal dengan sebutan Operasi Trikora (tahun 1962). Yang mana tidak bisa dilepaskan dari Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda pada tahun 1949. Ternyata pengukuhan pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan RI masih meninggalkan wilayah West New Guinea atau Irian Barat. Sementara hal ini harus selesai dalam kurun waktu satu tahun.

Permasalahan tak berhenti disitu, bahkan sejak tahun 1954 rupanya Belanda sengaja menutup rapat wilayah dari perundingan. Indonesia menilai tak ada cara lain selain menggunakan operasi militer guna kembalikan wilayah tersebut ke pangkuan RI. 

Secara signifikan Jakarta resmi memutus hubungan diplomatik dengan Belanda, tahun 1960. Beriringan dengan hal itu, Indonesia menerima pasokan senjata dari Uni Soviet. Fakta pertahanan Asia Tenggara (SEATO) berafiliasi ke Amerika Serikat masih menghendaki Belanda menduduki Irian Barat. Namun agaknya pandangan mereka mendua ketika melihat semangat rakyat RI begitu tinggi untuk merebut kembali wilayahnya.

Perjuangan tak berhenti disitu, aneka konflik dihadapi demi kembalinya Bumi Cendrawasih. Beragam kejadian yang dimulai dari gagalnya perundingan hingga ke perundingan lainnya tak membuat semangat pahlawan dan rakyat Indonesia surut. Justru semakin mantap mencokot kembali wilayahnya dari penjajah. Akhirnya perjuangan membuahkan hasil pada 1 Mei 1064 Irian Barat resmi menjadi bagian dari NKRI kembali.

Menilik dari sejarah saja, sudah barang tentu keberadaan Papua tidak dapat dipisahkan dari Indonesia. Sehingga orang Papua adalah mutlak orang Indonesia hingga kapanpun juga. Kesimpulannya mana mungkin Indonesia menganaktirikan wilayah ini. Padahal proses pengembaliannya ke pangkuan ibu pertiwi dilakukan mati-matian.

Terkait isu rasisme beberapa waktu lalu, memang membuat situasi negara sedikit memanas. Kerusuhan terjadi dimana-mana, aksi anarkis termasuk pembakaran ruko, gedung serta fasilitas publik membuat keadaan makin mencekam. Terlebih aneka pemberitaan yang belum diketahui kebenarannya ( Hoax ). 

Aneka penggorengan opini hingga mengerucutkan aksi pengusiran mahasiswa asal Papua di Surabaya, sebenarnya sungguh disayangkan. Meskipun telah ditemukan tersangka namun bekas traumatik agaknya masih terasa di hati Papua dan Indonesia. 

Tindakan rasialis yang berujung pengusiran ini dinilai mengandung unsur ujaran kebencian seperti bukti yang dipaparkan. Beberapa pihak termasuk walikota Surabaya juga ikut meminta maaf serta menyesalkan kejadian tersebut. Presiden Jokowi berusaha keras menyinkronkan seluruh elemen masyarakat guna terciptanya situasi yang kondusif dan aman terkendali. 

Aparat keamanan yang terdiri dari TNI dan Juga Polri bekerja sama bahu-membahu mengamankan situasi yang sempat tak terkendali. Akses publik lumpuh total hingga geliat ekonomi seakan mati. Seluruh masayarakatpun diimbau agar tidak ikut terprovokasi dan melakukan hal anarkis serupa. 

Negoisasi alot dilakukan untuk mencapai kesepakatan. Tokoh pemuka agama, pemuda juga aparatur pemerintah lainnya di Papua diajak mendinginkan suasana. Akhirnya  kesepakatan baru dinilai mampu merampungkan segala konflik yang bergulir tempo hari. Rakyat bumi Cendrawasih dan Pemerintah sepakat mengakhiri kondisi panas kerusuhan tersebut.

Kini semua boleh tenang, sektor pertanian dan perkebunan Papua mulai berjalan lancar. Lalu lintas serta pusat perbelanjaan juga mulai beroperasi. Sektor pendidikan sudah memulai hari seperti sedia kala. Akses publik sudah mulai diperbaiki serta TNI dan Polri membersihkan sisa-sisa kerusuhan tempo hari. Kerugian materiil dan spiritual tentunya tidak perlu dialami jika sejak awal aksi mampu diredam.

Dari sini perjuangan memang belum selesai, akan ada saja pihak yang menginginkan Indonesia terpecah belah. Oleh karena itu semua diimbau untuk tetap mengedepankan persatuan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Pemerintah juga berjanji memperbaiki pemerataan serta keadilan dalam berbagai bidang mengikuti pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya di Papua. Dan yang lebih penting Papua diminta aktif jika ada sesuatu hal yang kurang terkait pembangunan atau sistem sehingga pemerintahan bisa bergerak dengan cepat. Papua adalah Indonesia!(**)

Oleh : Edward Krey. Penulis adalah mahasiswa Papua, tinggal di Yogyakarta